Main Content vs Supplementary Content vs Ads: Cara Google Menilai Kualitas Halaman Web Kamu

Jamey

Last Update:

blank

Kalau kamu pernah dengar soal Page Quality Rating (PQ) dari Google, salah satu hal penting yang dibahas di sana adalah bagaimana setiap halaman web dinilai berdasarkan tiga elemen utamanya. Main Content (MC), Supplementary Content (SC), dan Ads (iklan). Tiga hal ini mungkin kelihatannya sepele, tapi buat Google, masing-masing punya peran besar dalam menilai kualitas dan tujuan sebuah halaman.

Bayangin halaman web kayak satu piring makanan lengkap. Ada lauk utamanya (MC), pelengkapnya kayak sambal dan sayur (SC), dan kadang ada brosur promo di meja (Ads). Kalau salah satu porsinya kebanyakan, misalnya, lauknya dikit tapi brosurnya segambreng, ya pengalaman makan (alias pengalaman pengguna) jadi nggak enak, kan?

Apa Itu Main Content (MC)?

Main Content atau disingkat MC adalah bagian utama dari sebuah halaman, elemen yang paling penting dan jadi alasan kenapa pengguna datang ke halaman tersebut. Menurut panduan resmi Google, MC adalah konten yang secara langsung membantu halaman mencapai tujuannya. Jadi, apa pun bentuknya, teks, gambar, video, atau alat interaktif, selama itu inti dari apa yang ingin disampaikan atau ditawarkan halaman, itulah MC.

Contohnya gampang:

  • Di artikel blog, MC-nya ya isi tulisan utamanya.
  • Di toko online, MC bisa berupa deskripsi produk, foto, dan ulasan pelanggan.
  • Di halaman layanan bisnis, MC-nya bisa berupa informasi tentang layanan, harga, atau form pemesanan.

Singkatnya, MC itu “bintang utama” di panggung halamanmu. Dan Google sangat memperhatikan kualitas MC karena bagian inilah yang menunjukkan seberapa baik kamu memenuhi kebutuhan pengguna. Kalau MC-nya lemah, copy-paste, atau nggak informatif, halamanmu otomatis dianggap kurang berkualitas, bahkan meskipun desainnya keren.

Google juga menilai berapa banyak usaha dan keahlian yang terlihat dari MC. Jadi, artikel panjang nggak otomatis bagus kalau isinya kosong. Sebaliknya, tulisan yang ringkas tapi relevan dan informatif bisa tetap punya nilai tinggi.

Apa Itu Supplementary Content (SC)?

Kalau Main Content itu ibarat lauk utama di piring makanmu, maka Supplementary Content (SC) adalah lauk pendampingnya, bukan bagian utama, tapi tetap bikin pengalaman makan jadi lebih lengkap dan nyaman.

Menurut panduan Search Quality Evaluator Guidelines, SC adalah konten pendukung yang membantu pengguna memahami atau menavigasi halaman dengan lebih mudah, tapi bukan inti dari tujuan halaman itu sendiri.

Contohnya:

  • Menu navigasi di atas atau samping halaman.
  • Related post atau artikel terkait di bawah tulisan blog.
  • Sidebar widget berisi postingan populer atau kategori.
  • Breadcrumb (jalur navigasi seperti “Home > Blog > SEO”).
  • Bahkan kolom komentar pun bisa termasuk SC, karena membantu pembaca berinteraksi tanpa mengubah isi utama halaman.

Tujuan SC ini simpel, bikin pengalaman pengguna lebih lancar. Kalau pengunjung bisa mudah menemukan informasi tambahan, berpindah ke halaman lain, atau paham konteks dari konten yang dibaca, Google bakal menganggap situsmu punya user experience yang baik.

Tapi hati-hati juga, SC yang terlalu ramai bisa jadi bumerang. Misalnya, sidebar penuh widget nggak penting atau pop-up yang muncul terus bisa bikin pengunjung terganggu. Jadi, kuncinya tetap seimbang, bantu pembaca, jangan malah bikin pusing.

Apa Itu Ads (Iklan)?

Nah, kalau Main Content itu isi utama dan Supplementary Content itu pelengkap, maka Ads (iklan) adalah elemen yang bersifat komersial atau promosi berbayar di halaman web. Menurut Google Search Quality Evaluator Guidelines, Ads mencakup semua konten yang tujuannya menghasilkan uang, baik lewat penjualan langsung, klik iklan, atau program afiliasi.

Contohnya bisa macam-macam banget:

  • Banner iklan dari Google AdSense atau jaringan lain.
  • Pop-up promosi yang muncul saat halaman dibuka.
  • Tautan afiliasi yang mengarah ke produk tertentu.
  • Sponsored post atau artikel berbayar.
  • Native ads (iklan yang tampil seperti bagian dari konten tapi sebenarnya berbayar).

Google nggak melarang pakai iklan kok. Bahkan mereka paham kalau banyak situs hidup dari pendapatan iklan. Tapi yang jadi perhatian adalah seberapa “mengganggu” iklan itu terhadap pengalaman pengguna.

Misalnya:

  • Iklan yang menutupi isi utama (pop-up fullscreen atau sticky banner besar) → nilai PQ bisa turun drastis.
  • Iklan yang susah dibedakan dari konten asli → bisa dianggap menyesatkan.
  • Iklan yang terlalu banyak dibandingkan isi halaman → dianggap halaman “komersial berat” alias fokusnya bukan memberi nilai ke pengguna.

Idealnya, iklan itu tetap ada tapi tidak mengganggu navigasi, tidak menipu, dan tidak menutupi MC. Pikirkan seperti tamu di rumah, boleh datang dan membawa manfaat, asal tahu diri dan nggak nyelonong duduk di kursi empunya rumah.

MC vs SC vs Ads: Apa Bedanya?

Sekilas, tiga elemen ini, Main Content (MC), Supplementary Content (SC), dan Ads, memang sama-sama muncul di satu halaman. Tapi kalau dilihat dari kacamata Google, masing-masing punya fungsi dan bobot penilaian yang sangat berbeda.

Main Content (MC) adalah inti dari halaman. Inilah bagian yang benar-benar menjawab kebutuhan pengguna. Google menilai seberapa relevan, bermanfaat, dan berkualitas MC kamu dalam memenuhi tujuan halaman. Misalnya, kalau halaman itu artikel blog, MC-nya ya isi tulisan utamanya yang menjawab pertanyaan pembaca.

Sementara itu, Supplementary Content (SC) berperan sebagai pendukung. Ia membantu pengguna menjelajahi halaman atau menemukan informasi tambahan. SC bukan fokus utama, tapi tetap punya pengaruh besar terhadap pengalaman pengguna secara keseluruhan. Misalnya, navigasi yang jelas, rekomendasi artikel terkait, atau kolom komentar yang aktif bisa meningkatkan nilai halaman di mata Google.

Lalu ada Ads (Iklan), yang fungsinya jelas: menghasilkan pendapatan. Tapi ini elemen yang paling sensitif di mata Google. Iklan boleh ada, bahkan wajar, asalkan tidak menutupi atau mengganggu akses ke MC. Kalau iklan terlalu dominan, Google bisa menganggap halaman itu lebih mementingkan keuntungan daripada manfaat bagi pengguna.

Jadi, bisa dibilang keseimbangan ketiganya itu kunci.

  • MC harus kuat dan relevan.
  • SC harus membantu, bukan mengalihkan.
  • Ads boleh tampil, asal tidak mengganggu.

Kalau tiga unsur ini berjalan seimbang, Google akan menilai halamanmu sebagai halaman yang berkualitas dan ramah pengguna. Tapi kalau salah satu mendominasi, misalnya iklan berlebihan atau MC terlalu tipis, nilai Page Quality Rating-nya bisa langsung turun.

Kesalahan Umum yang Sering Terjadi

Meskipun konsep Main Content, Supplementary Content, dan Ads terlihat sederhana, praktiknya sering banget bikin website kehilangan poin penting dalam penilaian Google. Banyak situs yang sebenarnya punya niat baik, tapi justru terjebak karena nggak tahu bagaimana menyeimbangkan ketiganya dengan benar. Berikut beberapa kesalahan yang paling sering terjadi:

  1. Main Content yang terlalu sedikit atau asal-asalan.
    Banyak halaman punya MC yang minim, misalnya cuma paragraf pendek, tanpa penjelasan berarti, atau bahkan hasil salinan dari sumber lain. Buat Google, ini tanda bahwa halaman tersebut kurang niat memberi nilai tambah. Kalau MC nggak menjawab kebutuhan pengguna, PQ-nya otomatis turun, meskipun desain atau SEO-nya sudah rapi.
  2. Supplementary Content yang justru mengalihkan fokus.
    SC seharusnya membantu pengguna menjelajahi situs, tapi kadang malah bikin pengunjung tersesat. Contohnya sidebar penuh banner promosi internal, widget yang berisik, atau tautan “related post” yang nggak relevan. Alih-alih membantu, hal-hal ini justru menurunkan user experience dan bisa membuat pembaca cepat pergi.
  3. Iklan berlebihan atau mengganggu.
    Ini salah satu kesalahan klasik. Pop-up yang menutupi seluruh layar, banner yang muncul setiap scroll, atau iklan yang menyaru sebagai konten sering bikin pengguna kesal. Google menilai halaman seperti ini sebagai low quality karena terlalu fokus cari cuan dibanding kasih nilai ke pengguna.
  4. Tata letak yang membingungkan.
    Kadang MC, SC, dan Ads bercampur tanpa batas jelas. Misalnya, tulisan utama diapit dua kolom iklan besar, atau menu navigasi nggak kelihatan karena ketutupan banner. Ini bikin pengguna kesulitan fokus ke isi utama dan memperburuk persepsi kualitas halaman.
  5. Tidak konsisten antarhalaman.
    Halaman satu bisa penuh iklan, yang lain minim konten, dan sebagian malah tanpa navigasi sama sekali. Inkonsistensi semacam ini bikin Google menilai situsmu nggak terstruktur dan kurang profesional.

Intinya, semua kesalahan di atas bermuara pada satu hal, pengalaman pengguna yang terganggu. Dan buat Google, kalau pengguna nggak nyaman, kualitas halaman otomatis dianggap rendah, seberapa bagus pun optimasi teknisnya.

Tips Menyeimbangkan MC, SC, dan Ads di Website

Kalau kamu pengin halaman webmu dinilai berkualitas tinggi oleh Google (dan tentunya disukai pengunjung juga), kuncinya ada di keseimbangan. Tiga elemen ini, Main Content, Supplementary Content, dan Ads, harus saling mendukung, bukan saling ganggu. Berikut beberapa tips praktis yang bisa kamu terapkan:

  1. Jadikan Main Content sebagai fokus utama.
    Pastikan isi utama halamanmu jelas terlihat tanpa harus scroll panjang atau menutup pop-up dulu. Kalau pengunjung langsung bisa menikmati konten utama sejak awal, Google akan menilai halamanmu punya tujuan yang kuat dan jelas.
  2. Gunakan Supplementary Content secukupnya.
    SC itu pelengkap, bukan pemeran utama. Pilih elemen yang benar-benar membantu, seperti navigasi, related post yang relevan, atau kolom komentar yang sehat. Hindari sidebar atau widget yang terlalu ramai, karena malah bisa bikin halaman terasa “penuh tapi kosong”.
  3. Tempatkan iklan dengan bijak.
    Iklan boleh ada, tapi pastikan posisinya nggak menutupi atau mengganggu MC. Pilih format yang responsif dan tidak menipu (misalnya, jangan buat iklan mirip tombol navigasi). Kalau perlu, uji tampilan di berbagai perangkat, terutama mobile, karena banyak halaman gagal justru di tampilan HP.
  4. Uji pengalaman pengguna secara rutin.
    Sesekali coba lihat halamanmu dari kacamata pengunjung baru. Apakah kamu bisa langsung paham isi utamanya? Apakah iklan terasa ganggu? Dari situ kamu bisa tahu bagian mana yang perlu diperbaiki.
  5. Prioritaskan nilai dan kenyamanan pengguna.
    Ingat, tujuan akhirnya bukan cuma bikin Google senang, tapi juga bikin pembaca betah dan percaya. Kalau pengguna merasa nyaman dan terbantu, sinyal positif itu otomatis ditangkap oleh algoritma Google.

Menyeimbangkan MC, SC, dan Ads itu ibarat menata ruang tamu, semua elemen punya tempatnya masing-masing. Selama kamu tahu mana yang harus jadi pusat perhatian dan mana yang cuma pelengkap, halamanmu akan tetap enak dilihat dan bernilai tinggi di mata Google.

Penutup

Memahami perbedaan antara Main Content, Supplementary Content, dan Ads bukan cuma soal teknis, tapi soal bagaimana kamu membangun pengalaman terbaik bagi pengunjung. Tiga elemen ini bekerja seperti satu kesatuan: Main Content menjadi inti dari nilai halaman, Supplementary Content membantu pengguna menjelajahi atau memahami isi dengan lebih mudah, sementara Ads bisa menjadi sumber pendapatan selama tidak mengganggu fokus utama. Ketika ketiganya seimbang, Google akan melihat halamanmu sebagai halaman yang berkualitas, relevan, dan memberikan nilai nyata bagi pengguna.

Sebaliknya, kalau salah satunya terlalu dominan, seperti MC yang tipis, SC yang berlebihan, atau iklan yang menutupi isi, halamanmu bisa dianggap lebih mementingkan tampilan atau keuntungan daripada pengalaman pengguna. Dan dalam konteks Page Quality Rating, itu berarti nilai kualitas halamanmu bisa turun. Intinya, selalu kembalikan ke prinsip sederhana: buat halaman yang benar-benar membantu orang, bukan hanya menarik klik.

Bagikan:

Foto Profile Penulis Blog Jamey.id

Related Post