Pernah nggak sih, baca artikel panjang yang isinya padat banget tanpa jeda atau subjudul? Rasanya capek, kan? Kita jadi bingung mau mulai dari mana, poin pentingnya ada di bagian mana, bahkan kadang langsung tutup tab karena pusing duluan.
Nah, di dunia digital, cara kita mengatur teks itu nggak kalah penting dari isi tulisannya sendiri. Salah satu “alat” yang dipakai buat bikin artikel lebih rapi dan gampang dibaca adalah heading atau yang sering kamu lihat dalam format H1, H2, H3.
Heading ini ibarat papan petunjuk di jalan raya. Tanpanya, pembaca (dan mesin pencari seperti Google) bisa nyasar atau butuh waktu lebih lama buat menemukan yang mereka cari. Dengan struktur heading yang tepat, kontenmu jadi lebih teratur, mudah dipindai, dan punya nilai plus di mata Google.
Penggunaan heading yang benar adalah salah satu bagian penting dari SEO On-Page. Jadi, kalau kamu ingin artikelmu nggak cuma enak dibaca, tapi juga lebih ramah di mata mesin pencari, memahami cara kerja heading itu wajib hukumnya.
Kali ini, kita bakal bahas apa itu heading, fungsinya, aturan mainnya, sampai tips SEO-nya supaya tulisanmu siap bersaing di halaman pertama Google.
Apa Itu Heading dalam Konten Website?
Secara sederhana, heading adalah judul atau subjudul yang digunakan untuk membagi dan mengatur isi konten. Kalau kita ibaratkan artikel sebagai buku, heading itu seperti “Bab” dan “Subbab” yang membantu pembaca memahami alur cerita tanpa harus membaca semua kata dari awal sampai akhir.
Heading biasanya ditandai dengan tag HTML seperti <h1>
, <h2>
, <h3>
, dan seterusnya hingga <h6>
.
- H1 adalah judul utama halaman atau artikel.
- H2 digunakan untuk subjudul yang membagi topik besar menjadi beberapa bagian.
- H3 digunakan untuk memecah subtopik menjadi poin-poin lebih detail.
Contoh sederhana:
- H1: Cara Membuat Kue Cokelat
- H2: Bahan-Bahan yang Dibutuhkan
- H3: Bahan Kering
Perbedaan heading dengan teks biasa ada di dua hal utama:
- Visual – Heading biasanya tampil lebih besar atau tebal sehingga langsung menarik perhatian pembaca.
- Struktur – Heading memberi sinyal ke mesin pencari tentang hierarki dan topik dalam halaman.
Selain memudahkan pembaca, heading yang terstruktur rapi juga membantu mesin pencari memahami isi halaman dan hubungan antar bagian konten.
Jenis Heading dan Fungsinya
Dalam HTML, heading dibagi menjadi enam level: H1 sampai H6. Masing-masing punya peran dalam mengatur hierarki dan alur konten, tapi dalam praktiknya yang paling sering digunakan adalah H1, H2, dan H3.
- H1 adalah judul utama halaman atau artikel. H1 sebaiknya hanya digunakan satu kali di setiap halaman, karena fungsinya untuk memberi gambaran besar tentang isi keseluruhan konten. Misalnya, kalau artikelmu membahas “Panduan Lengkap Menanam Sayuran di Rumah”, maka itu yang menjadi H1.
- H2 digunakan untuk membagi topik utama menjadi beberapa bagian besar. Misalnya, dalam contoh tadi, H2 bisa digunakan untuk subjudul seperti “Manfaat Menanam Sayuran Sendiri” atau “Peralatan yang Dibutuhkan”. Jumlah H2 dalam satu artikel bisa lebih dari satu, tergantung panjang kontennya.
- H3 adalah turunan dari H2. Heading ini digunakan untuk menjelaskan detail lebih dalam dari sebuah subjudul. Contoh, di bawah H2 “Peralatan yang Dibutuhkan”, kamu bisa menambahkan H3 seperti “Alat untuk Menanam di Pot” atau “Alat untuk Menanam di Lahan Terbuka”.
- Untuk H4 hingga H6, biasanya jarang digunakan kecuali di artikel yang sangat panjang atau bersifat teknis. Level heading ini berfungsi sebagai sub-subjudul yang lebih detail, tapi pastikan penggunaannya tetap mengikuti alur hierarki yang benar.
Penggunaan heading yang berurutan dan logis membantu pembaca memahami alur isi, sekaligus memberi sinyal ke mesin pencari tentang topik dan prioritas informasi di halaman tersebut.
Prinsip Dasar Penggunaan Heading yang Benar
Sebelum mulai mengoptimalkan heading untuk SEO, penting untuk memahami aturan dasarnya. Prinsip ini sederhana, tapi sering diabaikan, terutama oleh pemula.
1. Gunakan H1 Hanya Sekali per Halaman
H1 adalah judul utama. Gunakan hanya satu kali untuk mewakili topik keseluruhan halaman atau artikel. Kalau ada lebih dari satu H1, Google bisa bingung menentukan fokus konten.
2. Ikuti Urutan Hierarki
Urutan heading sebaiknya mengalir logis: H1 → H2 → H3 → H4.
Jangan lompat dari H1 langsung ke H4 tanpa alasan yang jelas, karena ini memutus alur logis konten.
3. Gunakan Heading untuk Struktur, Bukan Desain
Jangan memilih heading hanya karena ingin teks terlihat besar atau tebal. Kalau tujuannya visual, gunakan CSS, bukan heading tag.
4. Heading Harus Deskriptif
Buat heading yang jelas dan relevan dengan isi di bawahnya. Hindari heading yang terlalu umum seperti “Pendahuluan” atau “Bagian 1” tanpa konteks.
5. Sesuaikan Panjang Heading
Heading yang terlalu panjang bisa membingungkan pembaca dan terpotong di hasil pencarian. Usahakan singkat, padat, tapi jelas.
Tips SEO dalam Mengoptimalkan Heading
Menggunakan heading bukan cuma soal rapi-rapian. Kalau diatur dengan tepat, heading juga bisa membantu artikelmu muncul lebih tinggi di hasil pencarian Google. Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan:
1. Sisipkan Kata Kunci Secara Alami
Masukkan kata kunci yang relevan di heading, tapi jangan memaksakan.
Contoh: Alih-alih menulis “Tips Membuat Kue”, lebih spesifik jadi “Tips Membuat Kue Cokelat yang Lembut dan Mengembang”.
2. Gunakan Heading untuk Memecah Teks
Artikel panjang tanpa subjudul bikin pembaca cepat bosan. Gunakan heading setiap 200–300 kata untuk membuat teks lebih mudah dipindai.
3. Pastikan Heading Mewakili Isi Paragraf di Bawahnya
Google dan pembaca sama-sama butuh konsistensi. Kalau heading bilang “Bahan-Bahan”, jangan malah isinya resep lengkap sampai cara masak.
4. Hindari Spam Keyword
Mengulang-ulang kata kunci yang sama di semua heading bisa terkesan manipulatif dan merugikan peringkat. Variasikan kata atau gunakan sinonim.
5. Gunakan Heading untuk Menjawab Pertanyaan
Banyak pencarian Google berupa pertanyaan. Heading yang berupa pertanyaan langsung bisa membantu artikel muncul di fitur featured snippet.
Contoh: “Apa Itu Heading H1?” atau “Bagaimana Cara Mengatur Struktur Heading di WordPress?”.
Contoh Struktur Heading yang Baik
Supaya lebih kebayang, mari lihat contoh penerapan heading di sebuah artikel fiksi berjudul “Panduan Lengkap Menanam Sayuran di Rumah”.
Contoh Struktur Heading yang Rapi
H1: Panduan Lengkap Menanam Sayuran di Rumah H2: Manfaat Menanam Sayuran Sendiri H2: Peralatan yang Dibutuhkan H2: Langkah-Langkah Menanam H3: Menyiapkan Media Tanam H3: Menanam Benih H3: Perawatan Harian H2: Tips Menghindari Hama H2: Kesimpulan
Kenapa ini bagus?
- H1 hanya satu, jelas menggambarkan topik utama.
- H2 membagi topik menjadi bagian besar.
- H3 digunakan untuk menjelaskan detail dari salah satu H2.
- Urutannya logis dan mudah dipindai.
Contoh Struktur Heading yang Berantakan
H1: Panduan Lengkap Menanam Sayuran di Rumah H1: Peralatan yang Dibutuhkan H3: Manfaat H2: Menanam Benih H4: Perawatan Harian
Kenapa ini buruk?
- Ada lebih dari satu H1.
- Urutan hierarki lompat-lompat (H3 sebelum H2, H4 tanpa H3 yang relevan).
- Tidak jelas hubungan antara heading satu dengan yang lain.
Struktur heading yang rapi seperti pada contoh pertama membuat pembaca lebih betah membaca, dan mesin pencari lebih mudah memahami isi halaman. Hasilnya, peluang artikel untuk mendapatkan peringkat yang baik akan lebih tinggi.
Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
Meskipun penggunaan heading terlihat sederhana, banyak orang tanpa sadar melakukan kesalahan yang bisa merugikan pembaca maupun performa SEO. Berikut beberapa di antaranya:
1. Memakai Lebih dari Satu H1
H1 adalah “judul besar” yang mewakili isi halaman. Kalau ada lebih dari satu, Google bisa bingung menentukan fokus utama konten.
2. Menggunakan Heading untuk Gaya Visual
Banyak yang memilih heading hanya untuk membuat teks lebih besar atau tebal, padahal isinya tidak punya fungsi sebagai subjudul. Untuk urusan tampilan, gunakan pengaturan font atau CSS, bukan heading.
3. Urutan Hierarki yang Tidak Logis
Lompat dari H1 langsung ke H4 atau pakai H3 tanpa H2 sebelumnya bisa bikin alur konten berantakan.
4. Heading Terlalu Umum
Judul seperti “Pendahuluan” atau “Bagian 1” tanpa konteks membuat pembaca bingung dan tidak membantu SEO. Heading sebaiknya spesifik sesuai isi.
5. Spam Kata Kunci di Semua Heading
Mengulang kata kunci yang sama di setiap heading bisa terkesan manipulatif dan malah menurunkan kualitas konten di mata Google.
Langkah Praktis Memperbaiki Struktur Heading di Website
Kalau kamu merasa artikel di website sudah berantakan atau belum optimal, jangan khawatir. Berikut langkah-langkah yang bisa kamu ikuti untuk memperbaiki struktur heading:
1. Cek Heading yang Sudah Ada
- Buka artikel di editor WordPress, lalu lihat bagian Document Outline (di Gutenberg atau lewat plugin SEO).
- Atau, klik kanan → “View Page Source” lalu cari
<h1>
,<h2>
,<h3>
. - Alternatif lain, gunakan ekstensi browser seperti Web Developer Toolbar atau SEO Minion.
2. Pastikan H1 Hanya Satu
- Periksa apakah hanya ada satu H1 yang menjadi judul utama.
- Kalau ada lebih dari satu, ubah yang tidak perlu menjadi H2 atau H3 sesuai hierarki.
3. Susun Ulang Urutan Heading
- Pastikan hierarki berjalan logis: H1 → H2 → H3 → H4 (tanpa lompatan aneh).
- Gabungkan heading yang terlalu mirip agar konten lebih ringkas.
4. Perbaiki Heading yang Terlalu Umum
- Ganti heading generik seperti “Pendahuluan” menjadi lebih spesifik, misalnya “Kenapa Struktur Heading Itu Penting”.
5. Optimalkan untuk SEO
- Tambahkan kata kunci secara alami di heading yang relevan.
- Pastikan kata kunci tidak diulang-ulang secara berlebihan.
6. Audit Secara Berkala
- Gunakan tool seperti Screaming Frog, Ahrefs Site Audit, atau Semrush untuk memantau heading di seluruh website.
- Lakukan perbaikan secara bertahap, mulai dari artikel yang paling banyak traffic.
Kesimpulan
Struktur heading bukan cuma soal estetika, tapi juga soal pengalaman membaca dan optimasi SEO. Dengan penggunaan H1, H2, dan H3 yang tepat, pembaca bisa dengan mudah memahami alur konten, sementara mesin pencari juga lebih cepat menangkap topik utama halaman.
Intinya:
- Gunakan H1 hanya sekali sebagai judul utama.
- Susun heading dengan hierarki yang logis (H2 untuk subjudul, H3 untuk detail).
- Buat heading yang deskriptif dan relevan.
- Optimalkan heading dengan kata kunci tanpa berlebihan.
Kalau selama ini kamu menulis artikel tanpa memikirkan struktur heading, sekarang saatnya mulai memperbaikinya. Mulailah dari artikel yang paling penting atau paling banyak dikunjungi, dan terapkan prinsip-prinsip yang sudah kita bahas.
Struktur heading yang rapi ibarat peta jalan yang jelas, pembaca akan lebih betah, dan Google pun akan lebih mudah “menilai” kualitas kontenmu.